oleh Rizki Kusumadewi Saputri,M.Psi.,Psikolog tentang apa yang saya lihat, dengar dan rasakan. Psikologi, Parenting, Resep Masakan dan Semua Tentang Wanita

Minggu, 28 Juli 2013

WANITA KARIR ATAU IBU RUMAH TANGGA?

Selama praktek kerja ini, bener-bener ngerasain jadi wanita karir yang sedapat mungkin membagi waktu buat anak-anak. Selama puasa, bangun jam tiga pagi. Jam tiga pagi langsung masak nasi, racik bumbu sana-sini, cuci sayuran dan masak buat sahur anak-anak. Jam empat pagi, setelah semua terhidang di meja makan, baru bangunin anak-anak buat sahur. Kelar sahur, beresin piring kotor lalu cuci piring barengan sama anak-anak. Setelah subuhan, lumayan bisa tidur sejam. Jam 6 pagi bangun lalu ngantri mandi, gantian sama anak-anak. Jam 7.10 berangkat ke kantor.

Dam 7.30 mulai berkutat dengan kerjaan. Dengan proyek yang dihantui progres dan deadline. Mumet juga kadang-kadang ga ada kerjaan, bawaan ngantuk muluk di kantor. Merasa ga produktif. Jam istirahat dimanfaatin buat tidur. Lumayan 1 jam merem. Nunggu jam 4 sore (selama puasa pulang kantor jam 4 sore) rasanya lama banget. Pulangnya, mampir ke toko sayur depan apartmen. Belanja sayuran mentah, kerupuk, ayam, dll buat stock seminggu. Pulangnya, langsung sholat. Habis itu ganti baju, terus masuk dapur lagi. Masak nasi, racik ini itu sampe akhirnya jadilah masakan buat buka puasa.

Kelar buka puasa, sempetin cengkrama sama anak-anak, tapi rasanya ngantuk, capek, pusing, urat kepala ketat banget. Akhirnya tidur cepet. Begitulah sehari-harinya. Untung ga sampe mikir baju kotor kapan nyucinya, ga mikir ngepel rumah, bersiin kamar mandi dan sulak debu sana-sini. Ga mikir setrika baju, ga mikir uang listrik, uang sampah, dll. Alhamdulillah.. dikasih Alloh kesempatan merasakan nikmatnya jadi wanita karir sekaligus ibu rumah tangga. Tapi capek loh rasanya.. kadang terasa bosen, pengen lengket di tempat tidur seharian, tanpa mikirin yang bikin penat.

Paginya, ditanyain sama pak BD, "kamu nanti pengennya berkarir di Industri atau gimana?". Nahloh, pusing jawabnya. Pengennya sih ya karir di Industri ya, tapi kalo liat rutinitasnya jadi mikirin anak-anak nanti. Gimana kalo punya anak, kasian anak baru lahir ditinggal kerja sama mamanya seharian. Dititip sama caregiver, mending kalo ada eyangnya, kalo ga ada mesti cari suster khusus buat anak-anak nanti. Takut anak-anak lebih deket sama caregivernya ketimbang sama mamanya. Sedih nanti kalo anak kita sendiri ga deket sama mamanya..

Attachment menurut Santrock (2001) didefenisikan sebagai hubungan orang tua dan anak pada masa-masa awal perkembangan sangat berpengaruh pada pola dasar anak tersebut dalam menjalin hubungan selanjutnya dengan orang lain sepanjang hidupnya, baik dengan teman sebaya, guru, pasangan romantis, dan lainnya.

Attachment adalah hubungan timbal balik, mempunyai ketertarikan secara emosional antara bayi dengan pengasuhnya dan setiap dari mereka membantu kualitas dalam hubungan (Papalia, 2007)

Menurut Bowlby dan  Ainsworth, attachment adalah kelanjutan kedekatan afeksi dengan kecenderungan untuk mencari dan memelihara kedekatan kepada pengasuh, khususnya ketika sedang dibawah tekanan. Ia juga mengemukakan bahwa kealamiahan attachment antara pengasuh PERTAMA dengan bayi akan membentuk pondasi anak dalam membangun hubungan di masa yang akan datangsebagai representasi anak terhadap dirinya sendiri. Pemikiran psikoanalisa juga turut mempengaruhi perkembangan teori Boelby, seperti perkembangan tahap awal pada anak akan menunjukkan pemahaman dan berpengaruh jangka panjang dala kepribadian individu, hubungan sosial, pemikiran, perasaan dan perilaku (Colin, 1996)

Intinya adalah, orang tua adalah penting untuk mendampingi anak terutama pada masa awal perkembangan. karena di sanalah, awal pembenntukan kepribadian yang akan terbentuk di masa akan datang. Ya kalo dapet pengasuh/ caregiver yang baik dan berkualitas. Namun, sebaik dan seberkualitas apapun pengasuh/ caregiver anak, maka orang tualah yang paling benar dan tepat.

Mungkin itu salah satu alasan para lelaki ingin istrinya bekerja dengan jam kerja yang fleksibel. Tidak menghabiskan banyak waktunya di luar rumah. Bahkan banyak juga istri yang rela meninggalkan karirnya demi mengasuh anaknya. Ada pula yang libur kerja dulu sampai anaknya bisa ditinggal dan benar-benar siap. Tidak ada salahnya kok, kita tetep jadi wanita karir. Apalagi kalo sudah berhasil engagement dengan pekerjaan dan perusahaan, saya yakin kita akan menikmati indahnya masa-masa kerja dan berusaha mencarikan caregiver untuk anak yang berkualitas. 

Saya pribadi, akan memuaskan waktu lajang saya untuk bekerja di kantoran. Tapi nanti, ketika saya menikah dan akan memiliki anak, saya akan pindah kerja supaya bisa totalitas bersama anak saya. Masalah karir, saya percaya bahwa  rejeki dari Alloh tidak akan pernah tertukar. kata lainnya, karir dikejar nanti atau sembari mengurus anakpun juga bisa. Mungkin dengan bekerja menjadi dosen, wirausaha atau buka praktek di rumah, atau pekerjaan lain yang waktunya lebih fleksibel dan tetap bisa mengutamakan anak serta keluarga. Semua itu pilihan..


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @pawonkulo