oleh Rizki Kusumadewi Saputri,M.Psi.,Psikolog tentang apa yang saya lihat, dengar dan rasakan. Psikologi, Parenting, Resep Masakan dan Semua Tentang Wanita

Senin, 19 Agustus 2013

,
Sebagian besar wanita yang memiliki pendidikan dan karir yang tinggi seringkali mengesampingkan kewajibannya untuk menikah. Mereka terkadang merasa malah belum sama sekali siap untuk menjadi seorang istri yang notabene kudu ngurus suami, ngurus anak kalo sudah punya anak dan mengurus karir. Banyak pertimbangan dari mereka, padahal materi sudah cukup misalnya. Pertimbangan ini itu, yang entah apa isinya malah membuat keinginan untuk menikah jauh dari pandangan mata. Umur tetap bertambah.

Percaya atau tidak, banyak wanita khususnya pada tahap perkembangan remaja awal dan dewasa awal 
yang belum serius untuk menikah, masih mementingkan fisik. Ingin suami yang tampan, tinggi, berkulit putih, hidung mancung, dsb. Tidak salah memang, dengan alasan "mau memperbaiki keturunan". Kalo dipikir-pikir malah jadi ga pede dong ya sama diri sendiri? (becanda!). Hal itu akan berubah dengan sendirinya ketika "hidayah menikah" itu datang. Ketika seseorang yang sudah "dewasa" (dewasa di sini ga liat umur) diajak menikah, ia tidak akan lagi memikirkan fisik dari calonnya. Bukan lagi ketapanan, dll yang utama, tetapi karakter dari sang calon.

Ketika kita dewasa, menikah itu hendaknya tidak memiliki "catatan". Catatan yang dimaksud adalah bentuk negatif dari hal yang nampak ataupun tidak nampak. Misalnya : mau sih nikah sama dia tapi dia item, gendut, dll. Ketika kita bisa menutup telinga dari cemoohan orang dan ketakutan atas desas desus jeleknya fisik calon suami kita maka kita sudah bisa dikatakan dewasa dan siap untuk menikah.

Jika masih bimbang, mintalah petunjuk dari Alloh SWT. InsyAlloh akan diberi yang terbaik. Menikah hendaknya tidak hanya memikirkan kesenangan di sunia dengan mencari calon suami yang tajir dan tampan. Alangkah baiknya ketika kita memutuskan untuk menikah, pikirkanlah dunia dan akhirat. Seperti kalimat di bawah ini, kalimat yang membuat saya merinding :

"ini bukan lebih tua, seumuran, atau lebih muda. ini tentang yang menyeimbangkan hidup dan yang bisa berjalan beriringan. yang memberi kedamaian di hati, kenyamanan di sisi, dan kasih sayang tiada henti. tentang tertawa bersama, saling mensupport, mendoakan satu sama lain, berbicara lepas tak terbatas tanpa berpikir ini pantas atau tidak. ketika dunia begitu kejam, dia menjadi tempatmu untuk selalu pulang. yang bisa membuatmu sangat sabar dan berusaha mengerti meski sulit. wajah mungkin tak rupawan tapi kebersamaan dengannya itu sesuatu yang kamu yakin harus kamu perjuangkan. masa lalunya tidak kamu persoalkan karena tau itu yang membentuknya sekarang. kekurangan masing-masing adalah tugas bersama untuk belajar saling menerima dan memperbaiki agar lebih baik. tentang dia yang kami ikhlas seumur hidup menjadi makmum/ imamnya. membuatmu bangga menjadi ibu/ayah untuk anak-anak"  

Menikah itu sekali seumur hidup. Jadi, sebelum memutuskan untuk menikah, yakinkan diri dulu dan kenali pasangan. Kenali pasangan di backstagenya, bukan hanya frontstagenya. Dan yang paling penting, terima, sayangi dan cintai pasangan karena Alloh. Semoga menginspirasi yaa :)


 

Follow Us @pawonkulo