Sekarang, doi ngerasa lebih diatur. saat ia beranjak menjadi pria dewasa. Aturan itu banyak diberika oleh ibunya. termasuk pada pilihan istri, "ibuku maunya aku punya istri yang kayak gini gini gini..." dan doi merasa keberatan. Ia merasa risih juga ketika ia dewasa, ibunya malah makin sering nelponin. Nanya lagi di mana, ngapain, dan lain-lain. Intinya, ia merasa, saat ia beranjak dewasa malah makin diatur-atur.
Saya inget istilahnya, katanya mayoritas orang tua itu pola asuhnya ibarat segitiga. Jadi, kecilnya dibiariiiinnnnnnn aja gitu buat berkreasi sendiri, besarnya mulai deh di atur-atur. Pacaran ga boleh, mau main sampe malem ditelponin, mau pergi sama temen cowok mesti ijin dan harus kenalin temennya ke orang tua. Itu terkadang buat anak-anak merasa dikekang dan ga sedikit yang lari dari rumah. Lari dari rumah misalnya aja, ambil kuliah di luar kota biar bisa kos dan jauh dari orang tua, ada yang mau kerja di luar kota, dll yang penting jauh dari pantauan orang tua.
Dan ga jarang juga, akibatnya malah jadi negatif. Bolos sekolahlah, mabuklah, merokoklah, narkobalah, hamil diluar nikahlah, dan masih banyak lagi. Siapa yang akan disalahkan? Pasti orang tua, "Iya nih, pola asuh ortuku.. aku terlalu dikekang dan lain-lain makanya aku cari pelarian aja dengan melakukan bla bla bla..". Ortu juga yang repot kalo udah begini.
Nah, balik ke cerita temen saya.. waktu makan itu pula, ia mengatakan bahwa nantinya ia akan mendesign pola asuhnya seperti segitiga terbalik. Awal yang baik, ketika anak masih kecil sudah dibekali kokohnya agama, tata krama, dll untuk fondasi ia ketika dewasa nanti. Ketika anak sudah dewasa, dengan fondasi yang cukup kuat, maka anak juga akan dapat mengendalikan dirinya untuk berbuat baik. Intinya, anak pada masa kecilnya dibekali fondasi yang kokoh pada agama, moral, disiplin dan khususnya pengendalian dirinya dan ketika ia dewasa diharapkan dapat mengendalikan dirinya sendiri tanapa harus dicerewetin orang tuanya. Dengan catatan, orang tua akan tetap mengontrol tetapi tidak terlalu memaksakan kehendak orang tua. Anak dibebaskan untuk menentukan pilihannya sendiri.
Dan yang menariknya, teman saya ini sudah mendesign rancangan ruangan untuk anak perempuannya nanti kalo sewaktu-waktu, pacarnya ngapel malem minggu. Ia akan mendesign ruangan yang dilapisi kaca oneway di mana anak perempuan dan pacarnya tidak tahu bahwa ruangan itu dilapisi kaca tersebut. Teman saya dan istrinya akan menonton dari sisi luar kaca tersebut dan menyiapkan senjata apabila pacar dari anak perempuannya mulai macem-macem (ngajak ciuman, grepek-grepek, dll). DOOOORRRRR!!!! teman saya memperagakan gayanya menembak pacar anaknya tersebut dengan garangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar