Tentang Wanita

oleh Rizki Kusumadewi Saputri,M.Psi.,Psikolog tentang apa yang saya lihat, dengar dan rasakan. Psikologi, Parenting, Resep Masakan dan Semua Tentang Wanita

Minggu, 15 November 2020

,

 



Saya mulai rajin memasak setelah menikah. Apalagi sekarang sudah punya anak, saya semakin giat memasak. Bahagia rasanya menyajikan masakan hasil tangan sendiri untuk orang tersayang di rumah. Saking semangatnya memasak saya sering kehabisan ide variasi menu yang akan di masak meskipun banyak referensi. 

 

Hampir setiap malam saya sulit tidur karena kepikiran besok mau masak apa. Terkadang, mata bisa terpejam tetapi pikiran masih merajalela terkait menu untuk besok. Kadang sampai terbawa mimpi sedang memasak karena sebelum tidur saya  terlalu memikirkan hal itu. Hal sepele seperti ini kadang membuat saya pusing sendiri. Ada yang begini juga tidak, Ibu-ibu? Hehehe..

 

Malam hari, saat anak sudah tidur saya pasti browsing resep di google. Tetap saja pusing karena patokannya, saya harus menentukan menunya dulu. Memikirkan menu yang variatif inilah tantangan saya. Hapalannya hanya menu-menu rumahan seperti: ayam goreng, ayam bakar, ikan goreng, ikan bakar, tumis kangkung, bening bayam.

 

Suatu hari ketika saya browsing resep, saya menemukan website menarik, yaitu Yummy. Setelah saya masuk ke sana dan mempelajarinya dengan seksama, akhirnya saya tertarik untuk download aplikasi Yummy di play store. Bagi teman-teman yang ingin download, bisa langsung klik di bawah ini ya.

 

Download Yummy dan jangan lupa masukkan kode referral: rizki-kusumadewi saat mulai membuat akun di sana.

 

SEKILAS TENTANG YUMMY

Yummy berdiri pada tahun 2016. Yummy adalah multi-platform food-focused media digital yang membahas mengenai resep, tutorial, dan tips memasak yang berada di bawah naungan IDN Media. Mengangkat tema #MasakituGampang, Yummy selalu menghadirkan format konten resep masakan mudah hanya dengan 5 langkah.

 

Setelah sukses dengan konten di sosial media pada Facebook “Yummy Indonesia” dan Instagram @yummy.idn, tahun 2019 ini Yummy mencoba lebih dekat dan membantu para audience dengan meluncurkan Yummy App. Karena, #MasakituGampang dan dengan Yummy App, bisa bebas masak apa aja dengan mudah.


Penghargaan Yummy App: Google Play Best of 2019

Bagi yang belum tahu, Yummy App juga mendapat penghargaan sebagai Google Play Best of 2019 sebagai Everyday Essentials Category. Luar biasa!


Setelah berhasil membuat akun di Yummy app, tidak lama bagi saya untuk beradaptasi karena aplikasinya cukup mudah digunakan. Banyak sekali pilihan cara memasak di sana dan benar-benar sesuai dengan kebutuhan saya di dapur.


Cara memasak menggunakan Yummy App ada banyak pilihan, yaitu: memasak berdasarkan bahan, budget, durasi, resep trending, rekomendasi Yummy dan memasak berdasarkan menu yang kita inginkan. Tidak hanya itu, kita juga bisa memasak menu masakan berdasarkan porsi sesuai kebutuhan. Jadi, tidak perlu khawatir masakan akan mubazir. Cara-cara memasak inilah yang menjadi sumber inspirasi resep saya dalam menentukan variasi menu setiap harinya.

 

1. CARA MEMASAK BERDASARKAN BAHAN

Ini yang paling saya suka karena mempermudah saya dalam menentukan menu masakan. Seperti yang sudah saya ceritakan di atas, bahwa selama ini saat ingin menentukan menu saya selalu browsing dulu nama menunya. Ini membuat saya berpikir keras untuk menentukan menu dan ketemunya juga menu hapalan saya saja. Padahal saya ingin mendapatkan inspirasi resep yang belum pernah saya masak sebelumnya.

 

Yummy app menjawab kegundahan saya tersebut. Yummy menyediakan fitur masak berdasarkan bahan yang tersedia di rumah masing-masing. Jadi, melalui aplikasi Yummy, saya tinggal mengetikkan bahan-bahan yang ada di kulkas lalu Yummy akan memberikan rekomendasi resep sesuai bahan yang kita masukkan tadi.


Bagi yang belum tahu, begini cara memasak di Yummy app berdasarkan bahan yang ada di rumah. Misalnya di rumah ada ikan, nanas, bawang merah, serai dan lengkuas tetapi bingung mau dimasak apa:

  • Buka Yummy App di smartphone
  • Pilih menu "Memasak" yang ada di navigasi bawah
  • Pilih atau cari bahan masakan yang dimiliki saat ini (boleh lebih dari satu), klik terapkan
  • Dapatkan rekomendasi resep masakan sesuai dengan bahan yang ada di rumah
  • Klik gambar resepnya. Temukan detil resep dan proses memasaknya secara lengkap
  • Langsung praktek deh!

Cara memasak di Yummy app



 

2. CARA MEMASAK BERDASARKAN BUDGET

Ternyata tidak hanya cara memasak berdasarkan bahan yang membuat saya senang. Ada juga cara memasak berdasarkan budget di Yummy app. Cocok sekali saat tanggal tua, saya terkadang gresak-gresek dompet mencari recehan untuk belanja bahan masakan yang habis di kulkas. Cara memasak ini membantu saya untuk mengelola uang receh Rp. 10.000,- menjadi masakan sederhana yang nikmat. Jadi saat tanggal tua, sisa uang yang ada dapat dibelanjakan bahan makanan secara tepat untuk memasak masakan yang diinginkan.


Bagi yang belum tahu, begini cara memasak di Yummy app berdasarkan budget  (misalnya ingin membuat dimsum):

  • Buka Yummy app di smartphone
  • Cari resep masakan di kolom "Pencarian" yang ada di "Home" page
  • Tekan tombol "Filter Resep" yang ada di bawah
  • Pilih filter harga sesuai dengan kebutuhan saat ini
  • Dapatkan rekomendasi resep masakan sesuai dengan budget saat ini
  • Klik gambar resep yang diinginkan. Temukan detil resep dan proses memasaknya secara lengkap
  • Langsung praktek deh!
  •  

Cara memasak di Yummy app



 

3. CARA MEMASAK BERDASARKAN DURASI

Cara memasak ini sangat cocok untuk saya yang tidak memiliki banyak waktu di dapur saat hari kerja. Sejauh ini, menu yang saya masak adalah menu praktis. Maklum, saya sambil mengurus balita di rumah. Jadi kalau saya terlalu lama di dapur, anak saya sudah bisa protes karena tidak ada teman bermain. Setelah menggunakan cara memasak berdasarkan durasi ini saya menemukan banyak menu praktis sehingga saya bisa cepat bermain bersama anak setelah urusan dapur selesai.


Bagi yang belum tahu, begini cara memasak di Yummy app berdasarkan durasi  (misalnya ingin membuat es buah):

  • Buka Yummy app di smartphone
  • Cari resep masakan di kolom "Pencarian" yang ada di "Home" page
  • Tekan tombol "Filter Resep" yang ada di bawah
  • Pilih durasi memasak sesuai dengan kebutuhan saat ini
  • Dapatkan rekomendasi resep masakan sesuai durasi yang diinginkan
  • Klik gambar resep yang diinginkan. Temukan detil resep dan proses memasaknya secara lengkap
  • Langsung praktek deh!

Cara memasak di Yummy app



 

4. CARA MEMASAK BERDASARKAN RESEP TRENDING

Cara memasak lainnya yang menarik bagi saya adalah inspirasi memasak berdasarkan resep trending. Resep-resep trending ini adalah resep-resep yang banyak menjadi favorit di Yummy app. Tidak hanya dari Chef dan influencer ternama, resep trending ini juga resep dari teman-teman komunitas Yummy. Resep-resep trending ini tidak hanya unik, tetapi juga mudah sekali dipraktikkan di rumah.


Bagi yang belum tahu, begini cara memasak di Yummy app berdasarkan resep trending  (misalnya tertarik membuat stick tahu):

  • Buka Yummy app di smartphone
  • Masuk pada menu "Home" page
  • Dapatkan 10 resep trending di Yummy App dan klik resep tersebut untuk mendapatkan bahan dan langkah memasaknya
  • Klik gambar resep yang diinginkan. Temukan detil resep dan proses memasaknya secara lengkap
  • Langsung praktek deh!
  •  

 

Cara memasak di Yummy app



5. CARA MEMASAK BERDASAR REKOMENDASI YUMMY

Setiap harinya, Yummy app akan memberikan rekomendasi masakan di home page. Praktis sekali, tinggal masuk ke home, sudah bisa menemukan banyak sekali resep harian yang direkomendasika oleh Yummy.


Bagi yang belum tahu, begini cara memasak di Yummy app berdasarkan rekomendasi resep Yummy  (misalnya tertarik ingin memasak spaghetti):

  • Buka Yummy app di smartphone
  • Masuk pada menu "Home" page, scroll ke bawah
  • Dapatkan rekomendasi resep masakan dari Yummy
  • Klik gambar resep yang diinginkan. Temukan detil resep dan proses memasaknya secara lengkap
  • Langsung praktek deh!

Cara memasak di Yummy app





6. CARA MEMASAK BERDASARKAN KEINGINAN

Ini sering saya gunakan saat saya memiliki ide atau menu yang ingin saya masak tetapi saya belum tahu resep dan proses membuatnya. Biasanya, resep yang cocok akan saya simpan dulu di favorit agar mudah untuk membaca ulang dan menentukan resep mana yang akhirnya akan saya praktikkan.


Bagi yang belum tahu, begini cara memasak di Yummy app berdasarkan keinginan  (misalnya ingin memasak seblak):

  • Buka Yummy app di smartphone
  • Cari resep masakan di kolom "Pencarian" yang ada di "Home" page
  • Temukan hasil pencarian resep sesuai keinginan
  • Klik gambar resep yang diinginkan. Temukan detil resep dan proses memasaknya secara lengkap
  • Langsung praktek deh!


Cara memasak di Yummy app




 

7. CARA MEMASAK BERDASARKAN PORSI

Ini cocok sekali untuk teman-teman yang baru belajar memasak. Biasanya ada rasa khawatir porsi kebanyakan saat ingin memasak. Jangan khawatir, dengan cara memasak berdasarkan porsi ini akan membantu kita memasak sesuai kebutuhan dan tidak mubazir. 


Bagi yang belum tahu, begini cara memasak di Yummy app berdasarkan porsi (misalnya ingin memasak pie):

  • Buka Yummy app di smartphone
  • Cari resep masakan di kolom "Pencarian" yang ada di "Home" page
  • Tekan tombol "Filter Resep" yang ada di bawah
  • Pilih porsi memasak sesuai dengan kebutuhan saat ini
  • Dapatkan rekomendasi resep masakan sesuai porsi yang diinginkan
  • Klik gambar resep yang diinginkan. Temukan detil resep dan proses memasaknya secara lengkap
  • Langsung praktek deh!

Cara memasak di Yummy app



 

Setelah bertemu Yummy app, sekarang masak apa saja jadi gampang. Sekarang udah nggak bingung mau masak apa. Apapun bahan yang ada #BebasMasakApaSaja di Yummy App karena banyak sekali inspirasi cara memasak di sana.



Tidur malam jadi jauh lebih nyenyak karena tidak terganggu lagi dengan pikiran menu masakan. Anak-anak dan suami juga tidak bosan karena masakan di rumah jadi lebih beragam. Bahkan sekarang tidak hanya ragam masakan Nusantara yang berhasil saya masak, tetapi juga menu Western, Korea, Jepang bahkan berkreasi dalam menyajikan Indonesian Fusion Food.

 

Selain yang di atas, masih banyak hal positif yang saya rasakan setelah mengenal Yummy app. Tidak hanya meningkatkan keahlian saya dalam memasak tetapi juga membakar semangat dan percaya diri saya untuk terus berkreasi dalam memasak. Terima kasih Yummy app, sungguh menjadi solusi ampuh mengobati pusing karena bingung mau masak apa.


Manfaat cara memasak di Yummy app


Sumber:

Infografis: Rizki Kusumadewi

Olah Grafis: Rizki Kusumadewi

Yummy

 

 

 

Rabu, 21 Oktober 2020

,

 

Tips anti galau setelah punya anak ibu bekerja atau di rumah


 Tulisan ini bukan untuk memojokkan ibu bekerja (working mom) maupun ibu di rumah (stay at home mom). Tulisan ini saya persembahkan untuk semua ibu yang baru saja memiliki anak dan galau ingin tetap bekerja atau di rumah mengurus anak.


…karena banyak teman yang bercerita pada saya bahwa mereka galau. Jujur saja, saya juga pernah mengalaminya. Galau, sedih berlebihan, stress hingga tidak nafsu makan dan sulit tidur.

 

Saya adalah salah satu lulusan cumlaude di Magister Profesi Psikologi dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.. Setelah lulus dan menikah, saya ikut suami merantau dari Yogyakarta ke Jakarta. Tidak lama kemudian, saya pun diterima menjadi seorang dosen tetap Fakultas Psikologi di salah satu Universitas ternama di Jakarta.

 

Singkat cerita, saat itu saya sedang hamil 9 bulan. Suatu hari sepulang dari kampus setelah diskusi bersama Wakil Dekan terkait tri dharma dan rencana S3 di luar negeri (dosen tetap di sana wajib S3 dan rekomendasinya ke luar negeri), saya tidak sadar bahwa ketuban saya rembes. Keesokan harinya saya melahirkan anak pertama. Setelah saya pulang dari rumah sakit, saya langsung menyiapkan ASIP (ASI perah) untuk bekal anak saya saat ditinggal bekerja. Tidak tanggung-tanggung, saya sampai menyewa freezer khusus ASI untuk stock ASIP anak saya.

 

Hari terus berlalu. Alhamdulillah stock ASIP sudah memenuhi freezer. InsyaAlloh cukup untuk bekal anak saya nanti. Saya dan suami juga sudah survey daycare untuk anak saya di dekat kampus tempat saya akan mengajar. Sudah cocok dengan program, budget dan suasananya. InsyaAlloh nanti akan saya tulis di judul khusus terkait tips memilih daycare untuk ibu bekerja dan alasan saya kenapa memilih daycare dari pada mencari pengasuh di rumah tahun 2016 silam (tentunya, saat covid 2020 ini sebaiknya anak tetap di rumah dan mencari pengasuh).

 

Tidak terasa, seminggu lagi saya harus menitipkan anak saya di daycare. Entah, tiba-tiba saya jadi sedih melihat wajah anak saya yang sedang pulas tertidur. Saya tiba-tiba menangis sambil membayangkan bagaimana nanti saya bisa mengajar dengan tenang sedangkan anak saya ada di daycare. Saya juga tiba-tiba khawatir apakah dia akan baik-baik saja di daycare. Apakah ASI eksklusif yang saya dambakan akan berjalan lancar? Ah, masih banyak lagi bayangan yang belum terjadi menghantui saya.

 

Semakin dekat dengan hari H, saya semakin stres. Saya sampai tidak nafsu makan, sulit tidur dan berpengaruh juga pada produksi ASIP. Saya merasa berat meninggalkan anak saya padahal semua persiapannya sudah matang. Saya sering mengangis tiba-tiba, terutama saat menatap anak saya yang masih bayi itu. Enggan berlarut sedih, saya mengambil secarik kertas. Saya mulai menuliskan beberapa poin di sana yang saya beri nama LIST PRIORITAS.


"... karena tidak semua ibu mampu menentukan pilihannya dengan cepat. Banyak ibu yang memiliki pertimbangan khusus (termasuk mimpinya) sebelum memutuskan untuk meneruskan bekerja atau menjadi ibu rumah tangga. Hargailah dan terima proses ini karena kita hanya manusia, psikolog juga manusia. Yang Maha Sempurna hanya Alloh. Bersyukurlah kita masih bisa merasakan berbagai macam emosi".

 

Cara Mencatat List Prioritas


  1. Tuliskan “plus” dan “minus” saat memilih merawat anak di rumah.
  2. Tuliskan “plus” dan “minus” saat memilih tetap bekerja
  3. Tuliskan juga kemungkinan solusi yang bisa dilakukan untuk semua pilihan “minus”.
  4. Sampaikan hasil list prioritas pada suami dan orang tua.
  5. Berani mengambil resiko atas pilihan dan jalani dengan sungguh-sungguh apapun pilihannya


Tips anti galau menjadi ibu bekerja atau ibu rumah tangga



Berdasarkan 4 pokok list prioritas tersebut, begini kira-kira isi LIST PRIORITAS saya tahun 2016 silam. Ingat, keadaan saya dan teman-teman berbeda. Jadi, saat menuliskan isi list prioritas ini sesuaikan dengan kondisi keluarga masing-masing. Bisa jadi list prioritas teman-teman akan lebih panjang dari pada list prioritas saya, atau sebaliknya.


List Prioritas Rizki Kusumadewi Saputri


PLUS saat saya memilih TETAP BEKERJA

  1. Memiliki pemasukan sendiri dan dapat membantu perekonomian keluarga
  2. Dapat mengaplikasikan ilmu yang dimiliki dan berkarir sesuai impian
  3. Membanggakan orang tua

MINUS saat saya memilih TETAP BEKERJA

  1. Waktu dengan anak pasti terbatas. Sebagai dosen tetap, harus bekerja full time. Senin-Jumat dari jam 08.00-17.00 WIB. Ada kalanya Sabtu juga masuk. Saya harus berangkat dari rumah pukul 06.00 naik Trans Jakarta/KRL. Pulang sampai rumah juga sudah malam. Waktu saya habis di jalan, maka saya hanya bisa full bertemu anak Sabtu dan Minggu. Solusi: Sebelum dan sepulang kerja serta hari libur sempatkan berinteraksi dengan anak.
  2.  ASI dan MPASI homemade kurang maksimal. Saat pekerjaan padat ada kemungkinan jadwal pompa ASI akan terganggu. Saat sedang stres kerja maupun stres di rumah, produksi ASI pun akan terganggu. Saya tidak siap untuk ini. Diperkirakan saya juga tidak akan sempat membuatkan MPASI homemade karena waktu saya terbatas setiap harinya. Solusi: Menyiapkan ASIP beku dan MPASI homemade beku. Serta mengajari pengasuh untuk menyiapkan MPASI homemade.
  3. Pemasukan berkurang untuk menggaji pengasuh atau biaya day care. Gaji dosen tidak terlalu banyak sedangkan biaya daycare anak saya cukup mahal di area Jakarta. Solusi: Cari sumber penghasilan sampingan
  4. Omongan orang “Ibu bekerja, anak terbengkalai”. Solusi: Percaya diri dengan pilihan karena hanya ibu yang paham kenapa harus tetap bekerja. Suara sumbang di mana saja akan selalu ada.




Plus dan minus menjadi ibu bekerja (working mom)




PLUS saat saya memilih DI RUMAH MERAWAT ANAK

  1. Memiliki banyak waktu bersama anak dan terlibat penuh dalam perkembangannya.
  2. Memiliki waktu istirahat (tidur) sebentar.
  3. ASI dan MPASI homemade lebih maksimal.
  4. Tidak perlu tergesa-gesa bangun pagi untuk berangkat kerja dan menyiapkan keperluan anak ke daycare. Saya tidak sanggup membayangkan kerempongan ini.
  5. Lebih hemat karena tidak banyak mengeluarkan budget untuk make up, transportasi saat kerja, membeli baju dan sepatu kerja, membayar pengasuh/daycare, dll.

MINUS saat saya memilih DI RUMAH MERAWAT ANAK

  1. Mengandalkan gaji suami. Solusi: mulai wirausaha, menjadi psikolog freelance yang bisa kerja Sabtu-Minggu maupun kerja di rumah, minimalkan kredit/cicil barang-barang yang tidak terlalu mendesak untuk berhemat, dll. Alhamdulillah, saya tidak ada tanggungan cicilan apapun.
  2. Aplikasi ilmu dan karir tertunda. Tidak jadi S3 ke luar negeri. Solusi: lakukan hal sederhana untuk aplikasi ilmu psikologi, misalnya menulis blog psikologi maupun parenting, share ilmu psikologi di media sosial, dll. Terkait karir dan S3, masih bisa dicapai nanti saat anak-anak sudah bisa mandiri.
  3.  Omongan orang, “Sekolah tinggi akhirnya ga kerja malah ngurus anak” Solusi: Percaya diri dengan pilihan. Mengurus anak di rumah adalah pekerjaan yang mulia. Lelah mengurus anak dan keluarga insyaAlloh ladang pahala.



Plus dan minus menjadi ibu rumah tangga





Catatan Penting:

  • Jangan lupa berdoa pada Alloh. Minta petunjuk pilihan yang terbaik.
  • Jika kondisi ibu harus membantu ekonomi keluarga, maka tetap bekerja adalah pilihan yang tepat untuk saat ini. Misal: Gaji suami cukup untuk makan 2x sehari, dengan ibu bekerja maka keluarga bisa makan 3x sehari. Jadi maksudnya, dengan ibu ikut bekerja maka semua kebutuhan pokok bisa terpenuhi. Atau misalnya karena suami sakit keras sehingga tidak bisa mencari nafkah maka ibu harus tetap bekerja untuk kelangsungan hidup keluarga, dll.
  • Jika pendapatan suami cukup unuk biaya hidup, ibu rela hidup sederhana/prihatin, ibu rela menunda karir dan ibu ingin menjadi saksi pertama tumbuh kembang anak maka pilihan merawat anak di rumah tepat untuk saat ini.

Berdasarkan deskripsi tersebut terlihat bahwa PLUS saat saya memilih merawat anak di rumah lebih banyak dari pada PLUS saat saya memilih tetap bekerja. MINUS saat saya memilih merawat anak di rumah lebih sedikit dari pada MINUS saat saya tetap bekerja. Jika di baca berulang-ulang, list prioritas tersebut dapat menjelaskan dengan detil latar belakang pilihan saya. Keuntungan menuliskan list prioritas ini adalah semua poin terlihat sangat jelas dan dapat dibaca berulang-ulang, hingga akhirnya dapat menentukan pilihan dengan sadar.

 

Saya sangat paham dan percaya bahwa anak adalah prioritas kita. Kita bekerja pun dilakukan untuk anak, sebagai prioritas. Sayangnya, kita tetap harus memilih tetap bekerja atau merawat anak di rumah. Pilihan ini “sangat” tidak bisa ditunda, mau tidak mau harus diputuskan. Berdasarkan list prioritas yang saya catat di kertas terlihat jelas bahwa faktor lingkungan turut serta. Kesimpulannya, ketika saya memilih untuk tetap bekerja maka saya tidak akan punya waktu untuk anak saya kecuali hari libur. Jelas saya akan melewatkan semua perkembangannya. Figur otoritas untuk anak saya pun jadi kabur karena saya dan suami akan sama-sama sibuk bekerja. Teman-teman yang biasa bekerja di Jakarta pasti paham sekali bagaimana macetnya jalanan. Pulang kerja sudah sore sampai rumah malam hari saat anak sudah tertidur. Berangkat kerja harus sangat pagi agar kebagian KRL maupun Trans Jakarta. Berdasarkan pertimbangan itu, akhirnya saya memilih menunda menjadi seorang dosen dan memilih menemani anak saya berkembang di rumah. Memilih mengajar anak di rumah, meski nyatanya mengajar anak sendiri yang masih balita  ternyata penuh tantangan, hehe..

 

Jujur, tidak mudah bagi saya mendapatkan posisi dosen tetap ini. Banyaknya saingan se-Indonesia mengidamkan posisi ini. Saya terpilih tetapi saya tidak meneruskan kesempatan ini. Padahal, menjadi seorang dosen ini bukan hanya cita-cita saya tapi juga impian orang tua saya. Sedih? Kecewa? Malu? Awalnya iya, karena saya merasa mematikan impian saya dan orang tua. Saya merasa mngecewakan orang tua yang sudah membesarkan saya dan mendukung saya hingga saya seleasi S2 dan menjadi seorang psikolog.

 

Saya juga dulu sempat baper saat rekan sejawat mengunggah foto mereka di media sosial bekerja di sana-sini. Bahkan banyak juga rekan sejawat yang mulai membuka praktek psikologi. Bapernya karena saya belum mampu menjadi seperti mereka yang sukses berkarir karena pilihan saya berbeda. Ya, saya pun sebagai psikolog punya surat ijin praktek tapi saya sadar akan kemampuan diri, waktu saya belum cukup untuk mengurus pekerjaan lain karena saya memilih untuk mengurus anak dan rumah tanpa asisten rumah tangga.

 

Alhamdulillah, orang tua saya menghargai keputusan saya untuk menjadi ibu rumah tangga seutuhnya. Saya lega. Suami juga mendukung keputusan saya ini. Lama-lama saya jadi percaya diri menjadi seorang ibu rumah tangga. Hari-hari bersama anak saya dan menemaninya berkembang tidak membuat saya menyesal. Saya berhasil mewujudkan cita-cita saya untuk memberikan ASI Eksklusif dan dilanjutkan menyusui hingga 2 tahun. Alhamdulillah, anak saya full ASI hingga usianya 2 tahun 3 bulan. Jika saya tetap bekerja, belum tentu saya kuat (seperti ibu bekerja lainnya yang luar biasa perjuangannya untuk ASI) menyiapkan ASIP sampai anak saya 2 tahun. Saya sangat puas dan bahagia hingga saat ini, meskipun menjadi ibu rumah tangga juga lelah dan stresnya luar biasa, hehe..

 

Saat banyak orang tahu saya tidak bekerja, maka banyak sekali pertanyaan dan argumen, “Ga sayang profesi psikolog dan dosennya? Cari kerja kan susah, udah dapet yang bagus malah dilepas. Dulu kamu kan aktif banget, sekarang jadi IRT, IPK bagus, lulusan UGM lho! Ih, kamu sekolah tinggi akhirnya di rumah juga!” saya dengan bangganya menjawab, “Ilmu psikologinya spesial untuk anak-anak, keluarga dan temen deket. Jelas ga sia-sia IPK bagus lulusan UGM jadi IRT, karena ibu yang berwawasan luas itu penting untuk menemani anak berkembang. Saya dan anak saya jelas butuh itu”.

 

Itulah sebabnya kenapa saya menuliskan lulusan cumlaude dan Universitas saya di awal, karena inilah beban saya yang menjadi buah bibir banyak orang. Semua orang melihat pencapaian saya ini sebagai prestasi dan menaruh ekspektasi lebih pada saya. Menjadi seorang psikolog, dosen dan akan S3 ke luar negeri lalu menjadi seorang yang sukses dalam karir. Ternyata, saya tidak bernyali untuk mewujudkan semua mimpi itu sekarang, entah itu mimpi saya atau mimpi untuk orang lain. Saya sangat paham bahwa saya tidak bisa berperan ganda. Akhirnya, saya memilih dengan sadar dan penuh keyakinan bahwa anak lah yang menjadi prioritas saat ini. Bagi saya, masa emas anak saya tidak bisa diulang, tapi pekerjaan dan karir masih bisa dibangun kapan saja.

 

Lalu, sekarang masih baper lihat rekan sejawat sudah memiliki pencapaian dalam karirnya? Jawabannya tidak, karena semua orang punya pilihan dan berproses masing-masing. Saya konsisten dengan pilihan saya dan serius menjalaninya. Rejeki sudah di atur Alloh, prioritas juga sudah kita pilih sendiri jadi kenapa harus baper. Malah, saya kagum pada teman-teman yang kuat menjadi ibu bekerja sekaligus ibu rumah tangga. Harus profesional saat di kantor dan menjadi ibu rumah tangga saat pulang ke rumah. Jujur, saya tidak akan kuat menjalani peran ganda tersebut. Lelah dan stresnya pasti berlipat-lipat tapi bisa terus profesional. Salut!

 

Semoga, tulisan saya ini bermanfaat. Terutama untuk ibu baru yang masih sangat galau memilih tetap bekerja atau merawat anak di rumah. Intinya, semua pilihan ada resikonya. Setelah memilih, jangan lupa bersyukur dan jalani apapun pilihan kita dengan sungguh-sungguh. Terkhusus untuk ibu rumah tangga, kita juga tetap bisa produktif di rumah sambil mengurus anak. InsyaAlloh akan saya bahas di tulisan selanjutnya. SEMANGAT!

 


BONUS CERITA

Saya bingung mau menyisipkan penggalan cerita ini di mana. Akhirnya saya tulis di bagian bawah ini. Setelah saya memilih menjadi IRT seutuhnya, gejolak ingin bekerja pernah kembali hadir. Saat itu usia anak saya 1 tahun. Saya mendaftar lagi sebagai dosen tidak tetap Fakultas Psikologi di salah satu Universitas Negeri di Jakarta. Saya lolos mulai seleksi berkas, psikotest hingga wawancara Dekan. Saya pikir, dosen tidak tetap ini hanya mengajar jika ada jadwal mata kuliahnya saja. Jadi, bayangan saya dalam seminggu mungkin akan mengajar 1-3 kali dan selesai mengajar bisa pulang. Sayangnya, saat wawancara Dekan berlangsung membuat saya makin galau. Dosen tidak tetap di sana tetap masuk Senin-Kamis jam 08.00-17.00. Saya sempat nego untuk masuk 2-3x seminggu saja, namun sepertinya tidak bisa. Berat hati, saya harus merelakan lagi impian saya menjadi dosen, hehe.. Inilah terakhir kali saya mendaftar menjadi dosen.


Sebulan kemudian Wakil Dekan menghubungi saya dan bertanya apakah masih berminat menjadi dosen di sana. Saat itu saya menjawab bahwa ternyata saya benar-benar tidak bisa menghabiskan banyak waktu di luar. Saat ini memang benar anak saya yang paling butuh kehadiran dan waktu saya seutuhnya. Wakil Dekan pun paham dan mempersilahkan saya untuk merawat dan mengutamakan keluarga. Alhamdulillah, sampai saat ini hubungan kami masih sangat baik. Maafkan saya yang galau dan PHP ini, hehe.. 


Follow Us @pawonkulo