oleh Rizki Kusumadewi Saputri,M.Psi.,Psikolog tentang apa yang saya lihat, dengar dan rasakan. Psikologi, Parenting, Resep Masakan dan Semua Tentang Wanita

Minggu, 23 Juni 2013

HAMIL SEBELUM MENIKAH


Perilaku seksual manusia yang berakar pada kebutuhan seks sebagai kebutuhan primer manusia selalu menjadi sorotan masyarakat dari masa ke masa. Walaupun banyak pihak sepakat bahwa seks adalah sesuatu yang alamiah, perilaku seksual manusia selalu diatur oleh rambu-rambu moral yang berlaku dalam masyarakat tertentu. Sepanjang sejarah manusia konflik antara dorongan kebutuhan seksual dengan norma moral selalu mewarnai kehidupan manusia dan selalu menjadi topik menarik yang tidak pernah tuntas dibahas. Hubungan seks sebelum menikah di kalangan remaja akhir-akhir ini banyak disorot karena cenderung meningkat. 
Pada dasarnya, setiap orang mempunyai kebutuhan seksual yang menuntut untuk dipuaskan melalui hubungan kelamin antar jenis (Hurlock, 1991). Namun, masyarakat masih membatasi perilaku seksual remaja karena melihat bahwa mereka belum dapat melepaskan remaja untuk menunjukan perilaku seksual yang sebanding dengan kebutuhannya. Hubungan seksual dengan lawan jenis dibatasi untuk pasangan-pasangan yang telah menikah. Remaja dituntut untuk menahan dirinya, dengan demikian hubungan seks sebelum menikah pada remaja dianggap menyimpang. 
Sejalan dengan meningkatnya hubungan seksual sebelum menikah, terjadi juga peningkatan masalah-masalah seksual lainnya seperti, penyakit kelamin, aborsi, pernikahan usia muda, dan masalah kehamilan tidak dikehendaki atau tidak direncanakan (unwanted atau unitended pregnacy). Masalah-masalah ini disebut oleh WHO (1989) sebagai masalah kesehatan reproduktif remaja yang telah mendapat perhatian khusus dari berbagai organisasi internasional. 

Kehamilan atau sering disebut juga reproduksi adalah fungsi yang terhormat dan bahkan dianggap sakral. Akan tetapi, peristiwa ini kerap terjadi terlalu awal dalam siklus kehidupan seseorang tanpa dikehendaki, terlalu sering atau terjadi dalam keadaan yang tidak tepat. Kehamilan yang terjadi pada pasangan remaja yang belum menikah diakibatkan karena pasangan remaja tersebut melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Rice (dalam Turner & Helms, 1983) menyebutkan bahwa pasangan yang melakukan hubungan seksual sebelum menikah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

a. Seberapa jauh tingkat penerimaan masyarakat, budaya setempat serta orang-orang terdekat yang menjadi tokoh pentingnya seperti keluarga dan teman dekat, terhadap perilaku seksual tersebut.

b. Ada atau tidaknya kesenjangan antara nilai-nilai pribadi dengan perilaku seksual yang dilakukan.

c. Dalam suasana yang bagaimana perilaku seksual tersebut dilakukan. Apakah secara sukarela atau terpaksa, dalam suasana yang menyenangkan atau tidak, aktivitas itu sendiri secara fisik mendatangkan kenikmatan atau justru menyakitkan.

d. Apakah pengalaman melakukan hubungan seks tersebut dapat mendatangkan kepuasan secara emosional atau justru menimbulkan perasaan frustasi.

Pengalaman melakukan hubungan seksual sebelum menikah pertama kali akan menimbulkan reaksi-reaksi negatif apabila tingkat penerimaan masyarakat, budaya setempat dan tokoh panutan terhadap perilaku itu sendiri sangat kuat bertentangan dengan nilai-nilai pribadi pelaku, apabila perilaku tersebut dilakukan dengan terpaksa dalam suasana yang tidak menyenangkan dan menimbulkan rasa sakit, serta apabila pada akhirnya keterlibatan dalam perilaku tersebut menyebabkan furstasi dalam diri pelaku (Soesilo, 1998).

Dampak Kehamilan Sebelum  Menikah
Dampak seks pranikah sangat jelas terlihat, salah satu akibat yang paling terjadi adalah kehamilan diluar nikah. Sarwono (2002), mengemukakan bahwa kehamilan diluar nikah bagi remaja akan menimbulkan masalah lain, seperti : dikeluarkannya remaja tersebut dari sekolah, kemungkinan penguguran kandungan (aborsi) yang tidak bertanggung jawab dan membahayakan, adanya masalah seksual yang dapat memberi akibat di masa dewasa dan pernikahan yang dipaksakan sehingga pernikahan tersebut tidak memiliki fondasi yang baik.Penguguran kandungan dapat menyebabkan timbulnya perasaan bersalah, depresi dan marah pada remaja tersebut, lebih dari separuh mereka yang telah melakukan hubungan seks pranikah ini mengalami stres emosi seperti shock, cemas, malu, takut diketahui orang lain dan merasa bersalah (Sarwono, 2002)
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Follow Us @pawonkulo